Senin, 07 September 2020

Puisi-Puisi Suci Handayani

Presensi Diri

Oleh: Suci Handayani

Aku terkadang menjelma seperti hujan

Lalu dicaci karena membanjiri

Adakalanya dirindu karena ditunggu


Saat aku jadi mentari

Ada yang menanti tak sedikit ingin menghindari


Kucoba berarak seperti awan

Tangan-tangan mungil melukisku dalam pemandangan.

Kedatangan sang awan adakalanya disangsikan karena tàmpak hitam, membahayakan.


Sesekali aku seperti pohon

Dirangkul penuh cinta karena meneduhkan

Kerap juga diabaikan

Karena tak bisa dimanfaatkan.


Itu aku

Bukan nabi  yang syarat prestasi

Tapi bukan pula iblis yang penuh manipulasi

06 Oktober 2019

#puisisucihandayani


Pujangga Receh

Karya: Suci Handayani

Pujangga Receh

Oleh Suci Handayani


Coba baca berulang-ulang kidungmu

Apakah tulisanmu benar-benar puisi?

Sudah tak usah sok puitis!

Atau kau kukuh ingin jadi pujangga?

Hanya karena kau terkena parafemia

Lalu puisilah sebagai alternasi bicara agar suaramu dibaca

Karena anggapanmu, kata yang dicatat yakin baka.


Ciledug -Tangerang, 04 Oktober 2019


Puisi Apa Ini?

Karya: Suci Handayani

Puisi apa ini membuatku buncah

Bait-baitnya membakar manah

Kata-katanya menari terus di dalam gelisah

Memanasi darahku yang masih mentah

Inikah puisi pujangga fatanah

Yang menggila menggelandang arwah

Membabi buta mengejar hikmah

Mengoyak kamus diri untuk berkhotbah

Menundukkan hati tak ada celah

Sementara puisiku...?

Sampai mana tadi puisiku

Hanya torehan pujangga pongah

Mendulang kata tak beda dari gundukan sampah


#puisisucihandayani #sucisyair #syairsucihandayani

#pujanggareceh  #puisiindonesia


Embun Pagi SWTD di Tengah Gersangnya Zaman


Oleh: Azzah Zain Al Hasany dan Suci Handayani (Alumnus Part 1)


Demi Duha dan malam yang telah bersijingkat

Daun-daun pekat ke tanah melekat

Aku dan kamu makin sepakat

Pada cinta-Nya yang kian nikmat 

(Azzah Zain Al Hasany)


Demi malam yang gelapnya tak terduga

Tempat berlari kepada Sang Pemilik Surga

Aku dan kamu pun melangitkan harap dan praduga

Tentang segala asa yang kian hari makin berjelaga

(Suci Handayani)


Lewat perempuan bernama Nasywa

Tertatih bangga kumengenal Musa, Harun, dan mereka yang berwibawa

Juga pada Muhammad yang senyum dan surga selalu dibawa

Keyakinanku menguat, dunia akhirat bisa kugenggam dengan keteguhan Hawa

(Azzah Zain Al Hasany)


Seketika @komunitasSWTD hadir menjadi pembawa kabar gembira

Menyapa segala jiwa serupa hangatnya kasih ibu jika mengusap ubun-ubunku

Merangkul nurani yang sangat butuh dekapan hangatnya zaman yang kian dingin

(Suci Handayani)


Kekasih-kekasih memutar waktu

Menggiling lidah dengan zikir tak menentu

Menengadah pinta pada zat Yang Maha Tahu

Hingga kafan menyelimuti, hanya Rida Sang Esa yang dituju

(Azzah Zain Al Hasany)


Gelayut embun di ujung daun yang tertumpah di tubuh semesta

Serupa zikir yang SWTD semaikan sampai ke  pelosok nusantara

Menumbuhkan jiwa yang merindukan oase cinta

Agar mampu bertawakal pada Dia tempat Maha Bergantung dari segala 

realita

(Suci Handayani)


Duhai Ilahiii, duhai Akbar

Rangkaian virus membuat mata nanar

Namun Cinta-Mu, Cinta kekasih-Mu tetap benar

Dengan hati darah akan tetap kukejar

(Azzah Zain Al Hasany)


Duhai jiwa-jiwa yang sudah terikat dalam sebuah cinta

Tetaplah saling menyapa dan menguatkan

Karena ukhuwah ini tak kan sia-sia

Bersabarlah kita bersama hamba-hamba yang selalu menyeru-Nya

(Suci Handayani)


Lusinan cinta untuk Sang Nabi

Triliun ayat-ayat cinta Ilahi

Serta ukhuwah yang semoga abadi

Dalam naungan SWTD yang diberkahi

(Azzah Zain Al Hasany)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar