Rabu, 05 April 2017

Sungguhkan Cintamu pada Allah

Sungguhkan Cintamu pada Allah

By Suci Handayani

Gara-gara sapaan seorang jin, tulisan ini muncul. "Belum tidur?" Itu dia bunyi sapaan jin itu, pastinya sapaan itu bukan tertuju padaku, tapi sengaja dilayangkan kepada muridku yang punya power itu.
Ia memang sudah tak asing lagi dengan mondar-mandir dan berkelebatannya makhluk halus di sekitarnya. Pernah ia melihat makhluk ghaib itu di tangga rumah tetangganya, di rumah saudaranya, di atap rumahnya, di tempat cuci piring, kadang malam-malam keluar sempat-sempatnya ia ditertawakan sama makhluk yang mendiami sebuah pohon di sekitaran rumahnya.

Namun keistimewaan yang dialami oleh muridku ini tak semata-mata didapatkan seperti ia membalikkan kedua telapak tangan. Ada mujahadah panjang yang ia lakukan, dzikir, puasa Senin-Kamis dalam setiap bulan rutin, puasa awal dan akhir bulan, puasa 3 hari di pertengahan bulan, tahajjud ketika keluarganya terlelap, beri'tikaf di rumahnya, dan masih banyak lagi ibadah lain yang ia jalankan secara konsisten. Tanpa ia sadari rentetan pengalaman ghaib pun tiba-tiba saja terjadi mewarnai hidupnya.

Dia menceritakan pengalaman saat ruhnya terbang ketika sedang bersujud, tiba-tiba ruhnya naik dan dia bisa melihat jasadnya yang sedang bersujud itu, lalu dirinya merasa ringan, dan tak ada beban, naik melambung, hingga dia melihat vista (pemandangan) yang ajaib, melihat pemandangan terra incognita, daerah wilayah tak dikenal yang belum pernah ia jelajahi sebelumnya, tanah kosong yang luas berupa rerumputan hijau yang setiap pori-pori atau celah tanahnya mengeluarkan gemericik air. Entahlah apakah itu yang dilabeli ilmu kasyf, ketika hijab terbuka dan mata batin bisa melihat kuasaNya yang tersembunyi ataukah itu ru'yah sidqah, mimpi yang benar yang diilhami Allah SWT kepada manusia yang dikehendaki Allah.

Nikmatnya saat ruh dibawa terbang hingga merasa kosong, karena jiwa pergi bersamaNya. Tak semua makhluk bisa merasakan hal demikian.
Itulah kuasa Allah terhadap para kekasih pilihanNya, Allah membuka mata batin hamba-hambaNya yang shalih dan hanif, sehingga insting nya pun menjadi tajam dan jeli dalam membaca dan mengalami hal-hal yang tak bisa dialami manusia pada umumnya.

Matanya memandang dengan cahaya Allah, keinginan pun terwujud dengan idzin Allah tanpa susah payah. Tak ada yang ditutup-tutupi, segala ketidaktahuanpun dikabarkan. Baik berupa mimpi atau lewat getar halus batinnya.

Suatu hari, saat ia merasa terpuruk, ia merasa benar-benar berbicara dengan arwah ibunya yang sudah meninggal, dan ibunya itu menghiburnya untuk sabar, dan bilang bahwa Allah menguji dirinya agar ia makin cinta sama Allah, karena ketika diuji dengan musibah manusia akan melakukan ibadah dengan greget. Perbanyak do'a, Nak! Tutur ibunya itu.

Tak cuma percakapan dan penglihatan ghaib saja yang ia alami, hal lain yang berbau materi pun kerap memenuhi kebutuhannya, mau apa saja, yang masih terbersit di hatipun langsung Allah hadirkan, bahkan donatur tetap dari kalangan jet set untuk membiayai  anaknya kuliah di UI pun ia dapatkan, dan dia bilang bahwa itupun Allah yang mendatangkan dan memperkenalkan kepadanya.

Aku pun berdecak kagum seraya bertasbih dalam hati mengagumi nikmat yang Allah berikan pada orang yang aku kenal ini. Terlebih aku mengapresiasi kekuatan ibadah yang slalu ia dawamkan, tanpa beban kuamati, tak ada stress yang serius dalam hidupnya. Aku bersyukur selalu dijejali nasihat-nasihat yang isinya tentang taqarrub kepada Allah. Semoga akupun bisa mencintai Allah dengan murni dan ikhlas. Aku benar-benar merasa kerdil. Lagi-lagi inferiority complex ini muncul lagi, merasa hina aku di hadapanNya.

Dia bertutur bahwa dia mencintai Allah sungguh-sungguh, benar-benar meletakkan Allah dalam hati, ketika sedih ia panggil Allah, ketika sendiri ia panggil Allah, bahkan ketika di keramaian hatinya pun tak berhenti memanggil dan menyebut Allah.
Tak mudah katanya untuk menjadi kekasih Allah, rangkaian ibadah pun harus selalu ia lakukan dengan istiqomah. Namun satu hal yang selalu ia ucapkan bahwa ia benar-benar menjadikan Allah kekasih. Bukan kekasih yang selalu dipuji dan dipuja ketika sholat saja, namun diam dan prilaku kita sehari-hari adalah pembuktian real dzikir kita kepadaNya, berprilakulah seperti dzikirnya semesta, mereka diam dan tunduk, namun bergerak aktif
dalam melaksanakan tugas sesuai kodratnya dan sesuai sunnatullah, walau mereka tak tampak seperti sedang berdzikir. Diamnya semesta adalah implementasi tasbih dan dzikir, sebagai bukti akan kepatuhannya kepada Allah SWT, sebagai makhluk yang sungguh-sungguh mencintaiNya.

Dari Ummu Salamah R.A, Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila dikehendaki oleh Allah kebajikan pada seorang hamba, niscaya dijadikan-Nya orang itu memperoleh pelajaran dari hatinya.” (HR. Abu Manshur Ad-Dailamy).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw “Telah berfirman Allah Subhanahu wa ta’ala, ‘Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku, dan Aku bersamanya ketika dia mengingatku, dan jika hambaku mengingatku dalam sendirian, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku sendiri, dan jika dia mengingatku di dalam sebuah kelompok/jama’ah, (maka) Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok tersebut, dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika dia mendekat kepadaku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika dia mendatangiku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, begitu juga oleh Imam Muslim, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah.)

Wallahu a'lamu bish-showab.

@RumahIqraLaduny, 04 April 2017