Presensi Diri
Oleh: Suci Handayani
Aku terkadang menjelma seperti hujan
Lalu dicaci karena membanjiri
Adakalanya dirindu karena ditunggu
Saat aku jadi mentari
Ada yang menanti tak sedikit ingin menghindari
Kucoba berarak seperti awan
Tangan-tangan mungil melukisku dalam pemandangan.
Kedatangan sang awan adakalanya disangsikan karena tàmpak hitam, membahayakan.
Sesekali aku seperti pohon
Dirangkul penuh cinta karena meneduhkan
Kerap juga diabaikan
Karena tak bisa dimanfaatkan.
Itu aku
Bukan nabi yang syarat prestasi
Tapi bukan pula iblis yang penuh manipulasi
06 Oktober 2019
#puisisucihandayani
Pujangga Receh
Karya: Suci Handayani
Pujangga Receh
Oleh Suci Handayani
Coba baca berulang-ulang kidungmu
Apakah tulisanmu benar-benar puisi?
Sudah tak usah sok puitis!
Atau kau kukuh ingin jadi pujangga?
Hanya karena kau terkena parafemia
Lalu puisilah sebagai alternasi bicara agar suaramu dibaca
Karena anggapanmu, kata yang dicatat yakin baka.
Ciledug -Tangerang, 04 Oktober 2019
Puisi Apa Ini?
Karya: Suci Handayani
Puisi apa ini membuatku buncah
Bait-baitnya membakar manah
Kata-katanya menari terus di dalam gelisah
Memanasi darahku yang masih mentah
Inikah puisi pujangga fatanah
Yang menggila menggelandang arwah
Membabi buta mengejar hikmah
Mengoyak kamus diri untuk berkhotbah
Menundukkan hati tak ada celah
Sementara puisiku...?
Sampai mana tadi puisiku
Hanya torehan pujangga pongah
Mendulang kata tak beda dari gundukan sampah
#puisisucihandayani #sucisyair #syairsucihandayani
#pujanggareceh #puisiindonesia
Embun Pagi SWTD di Tengah Gersangnya Zaman
Oleh: Azzah Zain Al Hasany dan Suci Handayani (Alumnus Part 1)
Demi Duha dan malam yang telah bersijingkat
Daun-daun pekat ke tanah melekat
Aku dan kamu makin sepakat
Pada cinta-Nya yang kian nikmat
(Azzah Zain Al Hasany)
Demi malam yang gelapnya tak terduga
Tempat berlari kepada Sang Pemilik Surga
Aku dan kamu pun melangitkan harap dan praduga
Tentang segala asa yang kian hari makin berjelaga
(Suci Handayani)
Lewat perempuan bernama Nasywa
Tertatih bangga kumengenal Musa, Harun, dan mereka yang berwibawa
Juga pada Muhammad yang senyum dan surga selalu dibawa
Keyakinanku menguat, dunia akhirat bisa kugenggam dengan keteguhan Hawa
(Azzah Zain Al Hasany)
Seketika @komunitasSWTD hadir menjadi pembawa kabar gembira
Menyapa segala jiwa serupa hangatnya kasih ibu jika mengusap ubun-ubunku
Merangkul nurani yang sangat butuh dekapan hangatnya zaman yang kian dingin
(Suci Handayani)
Kekasih-kekasih memutar waktu
Menggiling lidah dengan zikir tak menentu
Menengadah pinta pada zat Yang Maha Tahu
Hingga kafan menyelimuti, hanya Rida Sang Esa yang dituju
(Azzah Zain Al Hasany)
Gelayut embun di ujung daun yang tertumpah di tubuh semesta
Serupa zikir yang SWTD semaikan sampai ke pelosok nusantara
Menumbuhkan jiwa yang merindukan oase cinta
Agar mampu bertawakal pada Dia tempat Maha Bergantung dari segala
realita
(Suci Handayani)
Duhai Ilahiii, duhai Akbar
Rangkaian virus membuat mata nanar
Namun Cinta-Mu, Cinta kekasih-Mu tetap benar
Dengan hati darah akan tetap kukejar
(Azzah Zain Al Hasany)
Duhai jiwa-jiwa yang sudah terikat dalam sebuah cinta
Tetaplah saling menyapa dan menguatkan
Karena ukhuwah ini tak kan sia-sia
Bersabarlah kita bersama hamba-hamba yang selalu menyeru-Nya
(Suci Handayani)
Lusinan cinta untuk Sang Nabi
Triliun ayat-ayat cinta Ilahi
Serta ukhuwah yang semoga abadi
Dalam naungan SWTD yang diberkahi
(Azzah Zain Al Hasany)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar